Soko Lokal

UMKM Jempolan! Seni Ukir dari Kayu Sisa? Lihat Keajaiban di Bengkel Pak Dedi Ponorogo

Siapa sangka kayu sisa bisa berubah jadi karya seni bernilai tinggi? Pak Dedi dari Ponorogo buktikan dengan ukiran uniknya! Simak kisah inspiratifnya di sini!

By Ratu Putri Ayu  | Sokoguru.Id
04 Maret 2025

Dari limbah jadi emas! Pak Dedi, pengrajin asal Ponorogo, ubah kayu bekas jadi seni ukir luar biasa. Yuk, lihat bagaimana kreativitasnya bikin banyak orang kagum! Foto Youtube arjuna ponorogo

SOKOGURU, PONOROGO - Ponorogo tak hanya dikenal dengan Reog-nya, tapi juga memiliki seniman ukir berbakat. 

Salah satu di antaranya adalah Saufik Riza, atau yang akrab disapa Pak Dedi. Ia mengolah kayu-kayu yang sering diabaikan menjadi karya seni bernilai tinggi. 

Dengan kreativitas dan ketekunan, ia membangun bisnisnya, Pesona Ukir, yang kini semakin dikenal di dunia kerajinan kayu.

Pak Dedi mengawali perjalanannya di dunia seni ukir bukan dari pendidikan formal atau kursus, melainkan dari hobi dan semangat belajar yang tinggi. 

Ia banyak mengunjungi berbagai workshop ukiran untuk memahami teknik dan metode yang digunakan para pengrajin lain. Dari sana, ia mengembangkan gaya ukirnya sendiri yang unik dan penuh imajinasi.

Dalam proses berkarya, Pak Dedi tidak terpaku pada jenis kayu tertentu. Ia lebih memilih memanfaatkan kayu-kayu sisa atau yang kurang diperhatikan di lingkungan sekitar. 

Kayu tersebut kemudian diolah menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika dan ekonomi tinggi.

Sebelum mulai mengukir, Pak Dedi terlebih dahulu berimajinasi dan menyesuaikannya dengan bahan yang tersedia. 

Setelah konsep matang, ia mulai membuat sketsa di kertas atau langsung pada kayu yang akan diukir. 

Jika ada permintaan khusus dari pelanggan, ia juga bisa langsung menggambar desain di media kayunya.

Proses pengukiran dimulai dengan pemotongan kayu sesuai sketsa. Setelah itu, elemen-elemen pendukung ditambahkan agar hasil akhirnya lebih menarik dan berfungsi sesuai kebutuhan. 

Biasanya, dalam sekali produksi, Pak Dedi bisa menyelesaikan dua karya dalam waktu sekitar dua hari jika tidak ada kendala bahan dan alat.

Meskipun prosesnya lancar, setiap jenis kayu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. 

Misalnya, kayu jati merak lebih keras dibandingkan jati emas, sehingga teknik ukir yang digunakan pun harus disesuaikan. Namun, tantangan ini justru membuat setiap karyanya memiliki karakter yang unik.

Pak Dedi lebih mengandalkan kreativitasnya dalam menciptakan desain dibandingkan menggunakan motif ukir khas daerah tertentu. 

Hal ini membuat setiap karyanya memiliki ciri khas tersendiri dan tidak terbatas pada satu gaya tertentu.

Untuk pemasaran, ia memanfaatkan berbagai platform digital seperti marketplace dan forum jual beli seni. 

Selain itu, ia juga aktif mengikuti bazar UMKM dan pameran seni untuk memperkenalkan karyanya ke pasar yang lebih luas.

Mengikuti bazar bukan jaminan selalu mendapatkan omset tinggi. Ada kalanya dalam lima hari pameran hanya satu karya yang terjual, tapi ada juga momen di mana dalam satu bazar ia berhasil menjual lebih dari lima karya. 

Bahkan, tak jarang ia mendapatkan pesanan dalam jumlah besar setelah mengikuti pameran.

Salah satu karya favoritnya adalah bingkai ukir multifungsi. Bingkai ini dirancang agar bisa digunakan untuk lukisan, foto, atau cermin, sehingga lebih fleksibel bagi pembeli.

Ke depan, Pak Dedi berharap bisa memiliki galeri sendiri di pusat perbelanjaan modern. 

Ia ingin memajang karyanya dengan konsep yang lebih edukatif, di mana setiap produk dilengkapi dengan informasi dan sejarah pembuatannya. 

Dengan begitu, pengunjung bisa lebih memahami proses dan makna di balik setiap ukiran yang ia buat.

Bagi yang ingin melihat langsung karya seni Pak Dedi, bisa berkunjung ke alamatnya di Jalan Letjend Suprapto, Gang 3 Nomor 10A, Dukuh Ngembak, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Siman, Ponorogo. Atau bisa juga mengikuti karyanya melalui Instagram @t.saufikriza. Jangan lewatkan kesempatan untuk memiliki karya seni ukiran yang unik dan bernilai tinggi dari tangan kreatif Pak Dedi! (*)

 

Sumber:  Youtube arjuna ponorogo